Tulisan kali ini gue akan membagikan pengalaman pergi ke
Puncak Bogor menggunakan alat transportasi umum.
Puncak Bogor. Kawasan wisata yang terletak di perbatasan daerah Bogor
dengan Cianjur ini sudah tak asing lagi bagi warga Jabodetabeka untuk melakukan
perjalanan wisata. Baik itu wisata kuliner, wisata alam, hingga wisata birahi
disajikan lengkap disana. Mau berbiaya murah ataupun berbiaya mahal semua
disajikan lengkap dengan menu istimewah, yang terpenting dapat disesuaikan
dengan isi kantong kita.
Untuk mencapai kesana ada berbagai macam cara salah
satunya adalah menggunakan kereta api commuter line Pengalaman
gue ke Puncak Bogor menggunakan kereta api ternyata lebih mengasyikan. Lebih
asik ketimbang naik mobil pribadi, dengan catatan tidak membawa banyak barang
macam mau pindah rumah. Untuk membawa keluarga menurut gue tidak disarankan
menggunakan transportasi ini karena ribet untuk mobilitasnya. Perjalanan ini
hanya untuk berkelompok kecil, sendiri, berpasangan atau menggila bersama
kawan.
Titik keberangkatan gue dari Stasiun Pondok Ranji. Mulai perjalanan jam
16.00 wib. Jangan lupa bawa kartu e-money sebagai alat bayar saat naik kereta.
Kereta Commuter Line ini jurusan Rangkas Bitung – Tanah Abang. Ingat, selalu
dengarkan pengumuman dari pengeras suara, jangan sampai salah naik kereta. Jika
bingung tanya petugas. Gue pernah salah naik kereta karena tidak memperhatikan
posisi naik ada di peron berapa.
Perjalanan dari Pondok Ranji menuju Tanah Abang memakan waktu 20 menit.
Kondisi kereta nampak lengang karena waktu sudah sore jadi kita bisa leluasa
duduk. Berbeda cerita jika naik pada pagi hari sudah pasti kereta akan penuh
walau diakhir pekan. Tiba di Stasiun Tanah Abang langsung pindah Peron. Seinget
gue peron 5 untuk kereta jurusan Tanah Abang – Bogor. Lebih tepatnya tanya
petugas agar lebih akurat.
Disini kita tidak perlu Tap kartu karena tidak keluar
stasiun hanya berpindah peron saja. Menunggu sekitar 10 menit, kereta pun tiba.
Cari tempat duduk yang nyaman, taruh pantat, pasang earphone,lalu
nikmati perjalanan. Suasana didalam gerbong tidak begitu padat, khas gerbong
kereta commuter line pada hari sabtu atau minggu. Masih banyak ruang kosong
yang memungkin hidung kita bernafas dengan sempurna. Keadaan ini kontras dengan
pemandangan saat jam kerja apalagi jalur Bogor-Jakarta, tak ada ruang bernafas
yang memadai. Semua rebutan gas 02 demi paru-paru agar dapat bekerja dengan
baik. Hanya jiwa-jiwa petarung yang dapat memenangkan pertempuran ini. Yaa
memang seperti itu kondisinya bahkan di Jepang sekalipun yang terkenal dengan
kemajuan teknologi tetap saja saat jam kerja gerbong kereta akan terisi penuh.
Tak terasa kereta sudah mencapai stasiun Bogor. Satu persatu penumpang
turun dengan tertib. Udara sejuk mulai menyentuh kulit. Inilah kota Bogor. Kota
Buitenzorg- jika di Indonesiakan menjadi kota Hujan. Malam itu lampu kota
begitu semarak. Sinar lampu berwarna kuning keemasan berebut menyinari setiap
sudut gelap sekitaran stasiun Bogor. Lalu lalang kendaraan bermotor, suara
klakson, dan teriakan pedagang kaki lima menambah meriah suasana kawasan
stasiun Bogor.
Sekarang era digital, apapun bisa digitalisasi. Mulai dari pesan makan
hingga obat penghangat badan. Mulai dari penjual koran hingga penjual
kehormatan. Apapun bisa. Untuk menghemat waktu, gue memilih ojek online sebagai
pengantar menuju Puncak Bogor. Buka aplikasi, klik, klik, klik, tunggu pengemudi
ojek online datang, makan cilok, minum air mineral, ojek online datang, tanpa
tunggu lama langsung menuju Puncak. Biaya ojek online sekitar Rp 50.000 – Rp
65.000.
Sebenarnya bisa menggunakan angkutan umum tetapi waktu tidak memungkinkan.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.30 wib, sarana transportasi yang tepat
untuk menuju kesana secara efektif dan efisien adalah menggunakan ojek online
dan itu gue pilih. Jika menggunakan angkot akan lama tiba disana sedangkan
malam semakin larut. Next time gue akan mencoba naik angkot
menuju Puncak Bogor.
Tujuan gue di Puncak Bogor adalah rumah makan Cimory Mountain View. Waktu
tempuh stasiun Bogor – Cimory Puncak sekitar 70 menit menggunakan ojek online.
Jika menggunakan angkot bisa lebih dari 2 jam. Waktu tempuh ini bisa berubah
seiring dengan tingkat kemacetan menuju Puncak Bogor.
Sesampai disana aktifitas yang dilakukan adalah makan. Yaps, makan. Ini
adalah rumah makan jadi makan adalah aktifitas utama. Makan sajian yang
dihidangkan ditemani temaram lampu, kerlipan bintang, dinginnya udara, dan
pemandangan lampu kota ditengah gelap malam menambah romantisme malam itu.
Satu-satunya yang merusak suasana adalah harganya yang belum bersahabat. Maklum
akhir bulan. Gue tidak mau merusak cash flow tabungan dengan
beli diluar anggaran. Jadi beli yang sesuai isi kantong saja.
Jika dipikir kembali short escape ke Bogor atau Puncak
Bogor tidak memerlukan uang yang melimpah. Sangat low budget sekali
asal kita sudah merencanakan destinasi apa yang akan dicapai. Cara ini efektif
untuk pribadi-pribadi yang sedang ingin berpetualang sendirian, putus cinta,
ditinggal nikah, atau sobat ambyar lainnya. Bisa juga bersama keluarga, pacar,
selingkuhan, bahkan kenangan mantan. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk
menikmati itu semua.
Akhirul kalam.
Salam Iseng !
Comments
Post a Comment