Skip to main content

Pijat Bayi Tradisional; Pijat Bayi Dapat Bonus Pengalaman Kehidupan Si Pemijat


Sore itu ketika gue dan istri sedang libur kerja kami pun punya rencana akan membawa anak ke tempat Baby Body Massage (dibaca: pijat bayi). Sudah hampir 7 hari jika malam tiba si Baby pasti sangat rewel dan sulit tidur. Asumsi awal adalah dia masuk angin karena kipas angin memang andalan gue ketika hawa panas melanda rumah. Entah di kamar tidur maupun di ruang keluarga kipas angin selalu setia menemani. Asumsi kedua adalah si Bayi merasakan sesuatu ‘hal’ yang hanya dia dan Allah saja yang mengerti. Berangkat dari asumsi yang pertama akhirnya kami pun membawa si Bayi ke tempat Baby Body Massage.

Sore hari tiba lalu kami berangkat ke lokasi pijat bayi. Kami disambut oleh wanita yang berusia sekitar 70 tahun. Beliau adalah si Ibu Pemijat Bayi. Si Ibu sudah cukup terkenal di kampung gue untuk masalah memijat bayi. Orangnya ramah dan supel. Dengan logat Betawi yang kental saat berbicara beliau mengakui masih sanggup memijat bayi per hari 25 bayi. Terlihat begitu mudah memijat bayi tetapi kalau tidak tahu ilmunya yang ada malah membuat si bayi tidak merasa nyaman.

Si Baby dibuka baju serta celananya. Hanya menggunakan popok saja. Karpet berwarna hitam bertumpuk beberapa kain kusam dijadikan alas pijat. Di alas pijat itulah ribuan bayi merasakan bagaimana nikmatnya pijat secara tradisional yang tak kalah dengan pijat modern. Di alas pijat itulah ribuan bayi merasakan bagaimana efek setelah dipijat begitu menenangkan. Di alas pijat itulah si Ibu menjadi penunjang ekonomi keluarga sehingga mampu menghidupi 12 anaknya.

Dengan telaten si Ibu mulai membaluri tubuh si Baby dengan minyak hasil racikan. Pijat pun dimulai. Terlihat dari raut muka si Baby ada ketenangan ketika si Ibu mulai memijat. Si Baby begitu menikmati. Sambil memijat, si Ibu bercerita tentang dirinya.

“Bayi mah dikasih makan biar kenyang jangan segala ngikutin dokter bae” celetuk si Ibu dengan logat Betawi menanggapi cerita pasien lain yang bayinya selama 6 bulan hanya mengkonsumsi ASI saja.

“Anak gue noh pada gue kasih pisang pas baru lahir, Alhamdulillah pada seger-seger ampe sekarang” lanjut si Ibu bercerita. Istri mesem-mesem sambal melirik gue. Ibu pasien lain tertawa.

“Emang anak berapa, bu?” tanya si ibu pasien lain.

“Anak gue mah ada 12. Cucu aja ada 36, Cicit ada 8. Kalo lebaran ngumpul dimari rame bener kek pasar malem”.

Semua ketawa mendengar penjelasan si Ibu Pemijat Bayi.

“Gue brojolin bocah ada kali 2 taun sekali saking seringnya. Yaah namanya juga orang wadon emang udeh tugasnya begitu” seloroh si Ibu sambal memijat si Baby.

“Gue ngelahirin sendiri, kaga pake dokter. Dulu adanya dukun beranak. Itu juga dia datang pas motong ari-ari gue doang. Jadi ceritanya, pas di sawah perut gue rada mules gitu yaudah gue pulang. Sampe di rumah eh mulesnya makin jadi yaudeh gue ke sumur terus berojol dah. Tuh bocah gue taro di kasur. Anak gue suruh pergi ke dukun beranak nah pas tuh dukun nyampe rumah yaa tinggal motongin ari-ari doang.”

“lah emang suami kemana, bu?” tanya Ibu Pasien Lain.

“Laki gue kaga tau. Dia pulang udah ada aja tuh bocah di kasur. Gue bilang aja ke dia “Bang noh longokin bocah di kasur, Eneng abis ngelahirin.”

Dengar cerita si Ibu kami semua langsung tertawa. Tidak terbayang bagaimana kondisi saat itu hingga si Ibu melahirkan dengan santai. Berbeda sekali dengan sekarang yang kalau ibu hamil sudah masuk tahap mules pasti akan sangat panik dan gue merasakan kepanikan itu.

Tangan beliau masih terus memijit bayi, beliau melanjutkan cerita bahwa untuk memberi makan semua anaknya beliau hanya modal yakin sama Allah SWT kalau rejeki pasti ada asal ada usahanya.

“Gue ngasih makan 12 anak, nyekolahin mereka, urus semuanya, alhamdulillah bisa, modalnya yakin aja sama Allah karena Allah yang ngasih makan anak gue. Gue mah cuma jadi perantara aja. Kalau ada utang dikit-dikit mah wajar dah namanya juga idup yang penting kebayar itu utang.”

Ketika beliau berbicara demikian gue langsung berfikir canggih juga ini orang ilmu yakinnya. Tapi menurut gue sesuatu yang lumrah ketika kita berbincang dengan orang yang usianya > 65 tahun berbicara keyakinan tentang kehidupan. Bukan dari segi usia saja yang berpengalaman tapi juga mentalitas. Mereka memang jarang mengenyam bangku sekolahan hingga tamat Sekolah Rakyat (setingkat SD) karena pada jaman itu bisa baca, tulis, dan hitung adalah sebuah kemewahan untuk mereka yang tinggal di desa tetapi pendidikan informal melalui sebuah pengajian keagamaan yang didapat dari tokoh agama setempat sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.

Melalui tokoh agama ini nilai-nilai kehidupan ditanamkan melalui pengajian. Tokoh agama bukan hanya membahas surga-neraka maupun pahala-dosa tetapi juga membahas semua sendi kehidupan agar masyarakat tersebut menjadi lebih baik lagi. Melalui tokoh agama pula keyakinan “rejeki sudah ada yang ngatur, jadi jangan takut gak kebagian rejeki selama kita mau kerja” ditanamkan kepada masyarakat.

"Ini Neng udeh kelar, pakein baju dah cepetan anak lu biar kaga masuk angin lagi" seru si Ibu.

Istri gue memakaikan baju ke anak dan segera ijin pamit pulang. Amplop berisikan uang tak lupa diberikan ke si Ibu.

"Alhamdulillah. Makasih yaa Neng. Oh ya jangan lupa itu aer elu minum terus dielapin juga ke muka anak lu biar tidurnya tenang". Air yang dimaksud adalah air mineral yang sudah "dibacakan" doa oleh si Ibu agar si Baby dapat tidur dengan nyenyak. 

Ini sangat Local Wisdom sekali sodaraa... hahahah


Salam.

Comments

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan Di RS Brawijaya Bojongsari Depok

Memilih tempat persalinan bagi ibu hamil jaman now bisa dikatakan gampang-gampang susah. Terlebih bagi pasangan muda yang akan mempunyai anak pertama. Banyak pertimbangan mengenai tempat persalinan. Pilihan lokasi yang dekat dengan rumah, akses menuju fasilitas kesehatan yang memadai, kenyamanan lokasi, apakah bisa menggunakan asuransi kantor maupun asuransi BPJS atau tidak, serta yang paling utama adalah biaya yang murah. Dok. Depok Pos Kali ini gue akan memberikan informasi bagi kalian yang sedang membutuhkan informasi biaya persalinan rumah sakit di sekitaran daerah Sawangan, Bojongsari, Depok. Beberapa hari yang lalu gue bersama istri mengecek kandungan rutin di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya Hospital yang terletak di Bojongsari, Depok. Rumah sakit ini mempunyai interior yang oke punya, bisa dikatakan ini rumah sakit yang mengusung konsep kekinian. Rumah sakit ini sangat Instagram-able karena paduan warna cat merah jambu dengan ungu menjadikan bangunan ini s...

Cara Bayar Karcis Parkir Menggunakan Aplikasi OVO

Ada satu kejadian hari ini menurut gue mesti diberitahu ke khalayak ramai. Menurut gue ini penting walaupun bagi mereka yang tahu ya tidak penting-penting amat. hanya saja gue ingin berbagi pengetahuan tersebut agar orang-orang yang tidak tahu menjadi tahu atau subjek yang gue maksud dalam tulisan ini bisa menjadi evaluasi bagi mereka. Hari ini gue mengantar istri untuk mengikuti test masuk sekolah pascasarjana di sebuah universitas swasta di Jakarta. Sebut saja Universitas Pelita Harapan. Lokasi kampus ini berada di sebuah pusat perbelanjaan didaerah Semanggi. Yaps tepat, Plasa Semanggi nama gedung tersebut. Kampus yang asik untuk kuliah karena berada di jantung kota Jakarta dan akses transportasi yang memadai dari segala penjuru kota. Seperti biasa gue memacu motor Honda Vario untuk mencapai kesana. Selain mempercepat waktu, penggunaan motor juga bisa mengirit keuangan dibandingkan menggunakan mobil. Biaya operasional menggunakan mobil itu tinggi, jadi bijaklah ketika kelua...

Short Escape Ke Puncak Bogor Dengan Kereta Commuter Line

Tulisan kali ini gue akan membagikan pengalaman pergi ke Puncak Bogor menggunakan alat transportasi umum. Puncak Bogor. Kawasan wisata yang terletak di perbatasan daerah Bogor dengan Cianjur ini sudah tak asing lagi bagi warga Jabodetabeka untuk melakukan perjalanan wisata. Baik itu wisata kuliner, wisata alam, hingga wisata birahi disajikan lengkap disana. Mau berbiaya murah ataupun berbiaya mahal semua disajikan lengkap dengan menu istimewah, yang terpenting dapat disesuaikan dengan isi kantong kita. Untuk mencapai kesana ada berbagai macam cara salah satunya adalah menggunakan kereta api  commuter line  Pengalaman gue ke Puncak Bogor menggunakan kereta api ternyata lebih mengasyikan. Lebih asik ketimbang naik mobil pribadi, dengan catatan tidak membawa banyak barang macam mau pindah rumah. Untuk membawa keluarga menurut gue tidak disarankan menggunakan transportasi ini karena ribet untuk mobilitasnya. Perjalanan ini hanya untuk berkelompok kecil, sendiri, berpasan...