Agama membawa kebaikan dan kedamaian. Agama mampu menjadi kontrol
akan tindakan-tindakan diri yang dapat merugikan di masyarakat. Agama pula
dapat membawa ketenangan bathin bagi si pemeluknya. Itulah doktrin yang
selalu gue terima sedari kecil. Semua itu benar tidak ada yang salah, yang
salah adalah pemeluknya tidak menjalankan perintah agama dengan sunguh-sunguh.
Agama juga menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Ada hal yang gue senangi dari pemeluk agama adalah setiap kita
menerima kesulitan hidup apapun bentuknya pada akhirnya semua akan dibalikan
lagi ke agama. Melamar kerja lalu ditolak bilangnya “belum rejeki nih. Mesti
sabar lagi”. Sudah pacaran lama lalu putus dan si mantan menikah dengan orang
lain, bilangnya “kalo belum jodoh emang gitu, mau bawain martabak tiap hari
juga kalo belum jodoh yaa gakan nikah”. Bahkan sampai urusan yang lebih luas
misalnya bencana gempa bumi atau kapal karam di lautan, bilangnya “kena azab itu
mah kebanyakan maksiat”. Untuk urusan bencana alam kasihanilah para ilmuwan
yang sekolahnya sampai ketinggian dan dengan berbagai macam teori menjelaskan
penyebabnya terjadi bencana alam tapi dimata kaum yang mengaku agamis hanya
bermodal “takdir itu mah” semua urusan beres.
Pengembalian suatu masalah kepada agama memang lazim dilakukan,
itu semacam booster atau bisa juga disebut obat penenang jiwa ketika
masalah yang dihadapi pelik. Memasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bentuk manifestasi dari slogan perjuangan dan doa adalah untuk
menghadirkan Tuhan dikehidupan kita sehari-hari. Apapun situasi dan kondisinya
Tuhan selalu hadir dalam zat yang berbeda sesuai dengan pengalaman spiritual
kita.
Kata Bang Marx –orang yang divisualkan berambut ikal gondrong
berwarna putih- agama adalah candu. Yaa gue setuju dengan pendapat belio, agama
adalah benar-benar candu yang mampu mengubah pola perilaku seseorang. Bagaimana
seorang Sakti mantan gitaris Sheila On 7 memilih jalan ninjanya sendiri dengan meninggalkan
gemerlap dunia hiburan untuk memantapkan menimba ilmu agama dan berdakwah. Ada
juga band Metal Purtagory yang videonya viral ketika bershalawat bersama para
penggemarnya dan gokil mereka pada hafal Shalawat Asygil. Sekarang sedang ramai
dibicarakan publik adalah Gus Miftah pendakwah yang lebih sering berdakwah ke
klub malam. Mereka ini menjadikan agama bukan saja sebagai konsumsi pribadi
tetapi juga dapat dinikmati oleh khalayak ramai.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas rakyatnya
menjadikan agama sebagai ujung piramida kehidupan. Tengok saja ketika ada ibu
yang sedang hamil rapalan doa selalu terselip kata “semoga menjadi anak yang
sholeh atau sholehah, pandai mengaji, menjadi anak yang berguna bagi agama,
nusa, dan bangsa”, mantab betul kan doanya. Eeh setelah anaknya mulai besar doa
itu seperti angin lalu. Lah pengen anaknya rajin shalat dan ngaji tapi orang
tuanya jarang shalat dan ngaji. Ramaasookkk buos!. Bapak kalong anak kampret,
bapak nyolong yaa anak nyopet.
Ini buat bahan renungan gue aja sih. Jika ada yang tidak setuju
yaa tidak apa-apa karena tulisan ini dicipta bukan untuk menginspirasi orang
lain.
Salam Tamvan !
Comments
Post a Comment